Thursday, May 30, 2013

Kisah Nabi Ibrahim: Latar belakang ber-kurban umat Islam di hari raya idul adha

Sebentar lagi umat Islam seluruh dunia akan menunaikan ibadah rutin taunan Idul Adha. Serperti yang kita ketahui bersama, pada hari raya idul adha tersebut biasanya setelah melaksanakan solat Idul Adha umat islam menyembelih domba/kambing, sapi ataupun unta, yang dalam masyarakat kita dikenal dengan istilah ber-kurban.

kambing idul adha

Ber-kurban sendiri sebenarnya telah dilakukan umat islam sejak jaman putra nabi Adam Habil dan Qabil, serta jaman nabi Ibrahim. Namun ber-kurban yang dilakukan oleh umat Islam adalah mengikuti sunah nabi Ibrahim yang di sempurnakan rukun dan pelaksanakanya oleh Nabi Muhammad SAW.

Kisah ber-kurban pada jaman putra Nabi Adam di kisahkan dalam Al'quran surat Al Maaidah ayat 27, sbb:


Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa".

Sedangkan kisah ber-kurban yang dilakukan Nabi Ibrahim di kisahkan pada Alquran lebih banyak lagi, yaitu pada surat Ash Shaaffaat ayat 102-107, sbb:

102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar".
103. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
104. Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
105. sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
107. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar
Hari idul adha/kurban oleh umat Islam di Indonesia dianggap sebagai hari besar kedua setelah idul fitri, namun di masyarakat timur tengah sendiri idul adha justru dianggap sebagai hari besar yang pertama (sumber: web resmi kementerian depsos).

Kembali lagi ke latar belakang ber-kurban yang dilakukan oleh nabi Ibrahim terhadap anaknya Ismail. Sebelum lahirnya Nabi Ismail, Nabi Ibrahim sendiri tidak di karuniai anak selama bertahun-tahun (+- 1 abad/100 thn), dan beliau sangat mengharapkan karunia tersebut sampai akhirnya beliau di karuniai seorang anak yaitu Nabi ismail (dari Bahasa Ibrani yisma-mendengar dan il-tuhan
yang berarti: Tuhan mendengar).

Namum belum lama Nabri Ibrahim menikmati masa-masa bahagianya bersama anaknya yang selama kurang lebih 100 tahun ia nantikan, beliau harus menerima ujian dari ALLAH SWT. Suatu hari beliau menerima wahyu melalui mimpi untuk menyembelih anaknya. Nabi Ibrahim dihadapkan pada dua pilihan sulit, mentaati ALLAH SWT tuhanya dan menyembelih anaknya, atau menyelamatkan anaknya dengan melanggar perintah ALLAH SWT.

Kemudian di pagi harinya Nabi Ibrahim menemui anaknya, Ismail, dan menceritakan tentang perintah ALLAH SWT tersebut. Kemudian Nabi Ismail menjawab, "“Wahai ayahku, jika memang itu perintah Tuhanmu,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan
menjumpaiku termasuk orang yang sabar.", sesuai dengan yang tertuang dalam Alquran surat 37 ayat 102.

Kemudian diajaklah putranya ke lembah mina untuk melakukan ritual pengorbanan tersebut. Ketika Nabi Ismail telah dibaringkan dan siap untuk di sembelih, ketika pisau di tangan nabi Ibrahim telah menyentuh leher anaknya dan bersiap untuk menyembelih maka turunlah wahyu ALLAH SWT kepada nabi Ibrahim, “Wahai Ibrahim engkau telah mentaati
perintah-Ku, karena ketaatanmu aku ganti Ismail dengan seekor domba. Dan apa
yang kuperintahkan adalah ujian yang berat bagimu semata, dan engkau termasuk
orang yang muhsin (Qs.37:104-107)." Dan Nabi Ismail pun telah digantikan oleh ALLAH SWT dengan seekor domba. Dan sejak saat itulah umat Islam melakukan ritual berkurban dengan hewan ternak domba/kambing, sapi atau unta.

Kisah Nabi Ibrahim tersebut menjadi teladan bagi umat Islam untuk senantiasa mentaati perintah ALLAH SWT. Selain itu perintah tersebut juga menjadi contoh/teladan bagi umat Islam dalam mendidik anak. Kita bisa melihat bagaimana nabi Ibrahim dengan tidak malu atau gengsi meminta pendapat anaknya tentang mimpi yang ia alami. Berbeda dengan pola pikir sebagian masyarakat kita dimana perkataan/pendapat seorang ayah adalah mutlak kebenaranya. Dimana seorang ayah/ibu kurang/tidak sama sekali menghargai pendapat anaknya yang mungkin lebih benar/baik.

Lebih detail tentang ber-kurban yang dilakukan umat Islam

Ber-kurban sendiri mempunyai sarat dan rukun-rukun yang harus dilengkapi seperti syarat-syarat hewan kurban yang di perbolehkan dan yang tidak di perbolehkan.

Ritual ber-kurban ini lemudian disempurnakan oleh Rasulullah Muhammad SAW melalui hadits-hadits beliau, diantaranya:

  • “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak
    berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat salat Ied kami.” HR. Ahmad
    dan ibn Majah.

  • Hadits Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai
    Rasulullah SAW, apakah kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Kurban adalah
    sunahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan
    yang kami akan peroleh dengan kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap
    satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.” Mereka menjawab: “Kalau
    bulu-bulunya?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu
    kebaikan.” HR. Ahmad dan ibn Majah

  • “Jika masuk tanggal 10 Dzul Hijjah dan ada salah seorang di antara
    kalian yang ingin berkurban, maka hendaklah ia tidak cukur atau memotong
    kukunya.” HR. Muslim

  • “Kami berkurban bersama Nabi SAW di Hudaibiyah, satu unta untuk
    tujuh orang, satu sapi untuk tujuh orang. “ HR. Muslim, Abu Daud,
    Tirmidzi.


Hukum dari ber-kurban adalah sunnah muakkadah (utama)

Orang yang ber-kurban dan binatang yang akan di kurbankan harus memenuhi syarat-syaratnya, sbb:

  • Orang yang berkurban harus mampu menyediakan hewan sembelihan dengan cara halal tanpa berutang.

  • Kurban harus binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, atau biri-biri.

  • Binatang yang akan disembelih tidak memiliki cacat, tidak buta, tidak pincang, tidak sakit, dan kuping serta ekor harus utuh.

  • Hewan kurban telah cukup umur, yaitu unta berumur 5 tahun atau
    lebih, sapi atau kerbau telah berumur 2 tahun, dan domba atau kambing
    berumur lebih dari 1 tahun.

  • Orang yang melakukan kurban hendaklah yang merdeka (bukan budak), baligh, dan berakal.

  • Daging hewan kurban dibagi tiga, 1/3 untuk dimakan oleh yang
    berkurban, 1/3 disedekahkan, dan 1/3 bagian dihadiahkan kepada orang
    lain.


Ritual kurban dilakukan pada bulan Dzulhijjah pada penanggalan Islam, yakni pada tanggal 10 (hari nahar) dan 11,12 dan 13 (hari tasyrik) bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.

Demikianlah latar belakang ber-kurban yang dilakukan umat Islam di hari raya idul adha. Jika ada kesalahan pada cerita/dalil mohon untuk dikoreksi. terima kasih. Selamat menunaikan ibadah Idul Adha.


No comments:

Post a Comment